Langsung ke konten utama

Postingan

Kehidupan: Perang Propaganda

              Dulu waktu kuliah, saya diajarkan salah satu mata kuliah yang sangat menarik. Mata kuliah apakah itu? Ya, Mata Kuliah Intelijen. Dosen intelijen saya kala itu cukup dapat dibilang berpenampilan nyentrik. Sebagai pembanding dan agar para pembaca dapat membayangkan, saya beri tau dulu bahwa saya adalah seorang mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) yang cukup memiliki prestige. Bisa dibayangkan kan bagaimana cara berpakaian mahasiswa dan dosen-dosennya. Mahasiswanya ada seragam yang sudah ada jadwalnya. Hmm, iya, masih seperti pada jaman SMA yaa. Pun begitu juga para dosen yang senantiasa memperhatikan seragam waktu mengajar yang sesuai dengan kode etik yang berlaku. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk dosen mata kuliah intelijen. Alih-alih berpakaian rapi dengan kemeja, celana bahan, dan sepatu pantofel, dosen saya pada mata kuliah tersebut berpakaian layaknya anak tongkrongan. Kaos  deus ex machina , celana jeans robek-robek (ripped jeans), dan dipadukan
Postingan terbaru

Jatuh

Hei puan Puan tau ? Aku jatuh hati. Benar, puan. Aku jatuh hati. Aku jatuh hati pada segala keindahan yang diciptakan Tuhan semesta alam. Laut. Pantai. Gunung. Rumput. Bunga. Pepohonan. Dan dirimu. Gunung Lawu, 24 Januari 2019 Ditulis setelah diterpa badai

Belum ada judul

Semalam hujan, aku rindu. Tidak seperti di kota kelahiranku, Disini matahari terbit malu-malu. Bukan semburat jingga yang menyapaku. Namun hamparan luas lazuardi tanpa ini itu, Seketika memenuhi cakrawala tanah rantau. Aku rindu. Bintaro, 19 Oktober 2018

Kepada Sahabat

Dear all my bestfriends, thank you very much for always supporting each other in any condition dan selalu berusaha membuat saya tenang waktu saya ada masalah sekecil apapun. Saya sangat bersyukur punya kalian di hidup saya. Alhamdulillah. May Allah bless you all always. Klaten, 7 Agustus 2018 22.24 (Setelah buka dm yang isinya junior yang mengingatkan saya kalo story saya sangat menyinggung ternyata. Saya minta maaf. May God bless you too)

Perihal Rindu

Wahai Tuan, apa untungnya memupuk rindu ? Tentu ada, mengapa puan bertanya seperti itu ? Karna rindu yang aku dapati yang ada hanya menyayat hati. Lantas apa untungnya bagimu tuan ? Wahai puan, hakikatnya rindu tidaklah menyayat hati. Pun, jika memang begitu yang puan dapat, puan telah salah menaruh hati. Bintaro, 29 Juli 2018